Datuk Paduko Berhalo (2)

Pulau Berhala, di pulau ini terdapat makam Datuk Paduka Berhala, Foto: Riky Serampas

Oleh Musri Nauli 
Ditengah-tengah masyarakat Melayu Jambi, dalam menyusuri setiap tempat yang dilalui, berbagai kisah tentang Raja Jambi mewarnai pembicaraan. Entah sebagai bahan refleksi, berkaitan dengan Pilkada hingga tanda-tanda alam yang memayungi kampong mereka.
Dalam setiap ujaran melihat kepemimpinan, Nilai agung Raja Jambi ditempat sebagai alam cosmopolitan yang melindungi kehidupan mereka. Raja Jambi begitu mulia dan menjadi bagian dari cara pandang dan sikap hormat kepada penguasa Jambi.
Seloko seperti “Alam Sekato Rajo. Negeri Sekato Batin” adalah nilai yang hidup dan terus menjadi bagian dari alam pikiran. Menempatkan “alam sekato rajo” adalah keputusan Rajo adalah keputusan yang dihormati, ditaati hingga dihormati. Tidak ada satupun keputusan Rajo yang akan merugikan ataupun menyengsarakan rakyat Jambi.
Menempatkan Raja Jambi sebagai alam cosmopolitan dan terus hidup, disebabkan, Raja Jambi akan memberikan kebahagiaan, kemakmuran dan kedamaian. Seloko seperti “Padi menjadi, gerbau gepuk, air jernih, ikan jinak, ke aek cemeti keno. Ke darat durian gugur” adalah lambang dari alam terhadap melimpahnya kekayaan dan memberikan kemakmuran ditengah masyarakat. Dalam alam pikiran yang hidup di Jawa seloko ini seperti perumpamaan “gemah ripah. Loh Jinawi, tata tentram. Kerto raharjo”. 
Keputusan Rajo sebagaimana seloko “alam sekato Rajo. Negeri Sekato Batin” sebagai bentuk penghormatan dan menempatkan Rajo yang dihormati, juga dilatarbelakangi terhadap Raja yang akan setia kepada rakyat Jambi. Rakyat Jambi kemudian meyakini Raja akan setia kepadanya.
Keyakinan ini kemudian akan memberikan tanggungjawab kepada Rajo Jambi. Rajo Jambi kemudian harus mempunyai sikap seperti Jujur dan adil, Cerdik, Pandai, Menjunjung kebenaran, Arif dan Bijaksana dan sebagai suluh (obor).
Jujur dan adil ditandai dengan seloko “tinggi cupak dan gantang ; Sedekuk bak batu di pulau, Sedencing bak besi dipalu, Seilmu bak kuaw lanting, Tudung-menudung bak dawn sirih, Jahit menjahit bak daun petai, jangan bak tanduk diikat silang siur”.
Cerdik ditandai dengan “cerdik idak membuang kawan, gemuk idak membuang lemak, tukang idak membuang kayu, gedang idak melando, panjang idak melilit”.
Pandai disebutkan sebagai “Orang buto peniup lesung, Orang pekak pelepas bedil, orang lumpuh penunggu rumah, Orang patah pengejut ayam, Orang buruk pelantun dune, Kain baju peneding miang, Emas perak peneding malu, Idak ado bergs atah dikisai”.
Sedangkan menjunjung kebenaran disebutkan sebagai “Bekato benar bejalen lurus, Memakai suci memakan halal”.
Sifat Arif dan bijaksana disampaikan didalam seloko “Bejalan dulu selangkah, Bekato dulu sepatah, netak mutus, Makan ngabisin”.
Sifat suluh ditandai dengan “Tempat Betanyo, artinya pergi tempat betanyo, Balik tempat beberito”
Namun apabila sifat kepemimpinan dan berkhianat kepada kepercayaan yang diberikan, selain ditandai dengan seloko “rajo alim rajo disembah. Rajo lalim Rajo disanggah”, juga dikenal sebagai “kutukan Datuk Paduko Berhalo” [1]. Alam cosmopolitan Rakyat Jambi begitu melekat mengenal Kutukan Datuk Paduko Berhalo.
Advokat. Tinggal di Jambi

Komentar