Bagi Mereka Sampah Itu Emas (Budidaya Maggot)

 
Komunitas budidaya maggot


Pariwarajambi.com, Merangin– Mendengar kata sampah yang terlintas seketika di benak kita adalah sesuatu yang tak punya nilai guna atau tumpukan kotoran dan tak lebih dari sekadar limbah.

Namun bagi komunitas Merangin Eco Green’t sampah itu emas. Bagi mereka sampah adalah barang berharga yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Merangin Eco Green’t merupakan komunitas pembudidaya maggot atau istilah kerennya disebut larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Meski dikelompokkan sebagai lalat, BSF tidak hinggap di sampah dan tidak membawa penyakit. Sehingga budidaya maggot ini lokasinya bisa memanfaatkan perkarangan.

Maggot merupakan inovasi yang menggembirakan dan menguntungkan bagi para peternak dan petani, bahkan masyarakat luas. Maggot bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan ternak unggas. Penggunaan maggot sebagai pakan ikan bisa semakin menggairahkan budidaya ikan konsumsi karena harganya yang relatif murah dan maggot bisa mempercepat kenaikan bobot ikan atau ternak.

Lantas apa hubungannya sampah dengan maggot sehingga bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah? Ya, anggota komunitas Merangin Eco Green’t ini membutuhkan sampah untuk produksi budidaya maggot mereka. Jadi komunitas Merangin Eco Green’t ini juga turut mengurangi sampah organik di lingkungan.

“Untuk kebutuhan, kita mengambil sampah pasar berupa sayuran busuk, daun-daunan dan juga sampah-sampah organik di lingkungan Pematang Kandis ini,” kata Muzadir Hamzah, pembudidaya maggot.

“Jadi kita mengumpulkan sampah yang sebagian besar masyarakat itu tidak berguna dan bagai mana kami manfaatkan menjadi berharga. Menurut kami sampah itu emas. Untuk budidaya Maggot ini kami butuh sampah organik setiap hari,” tambah Muzadir Hamzah yang juga sekretaris komonitas Merangin Eco Green’t ini.

Muzadir menceritakan ia dan komunitasnya tertarik budidaya maggot karena persoalan pakan ikan yang sangat mahal. Ia punya kolam dengan 10 ribu ikan, tiap harinya menghabiskan Rp 600 ribu untuk membeli pelet (Pakan ikan).

“Kalau dihitung sampai panen itu biaya pakannya sampai Rp 150 juta. Sementara dengan maggot ini mengurangi biaya pakan hingga 60 persen dan syukurnya lagi saya punya rumah maggot sendiri. Ikan kita beri pakan maggot ini pertumbuhannya lebih cepat dan air kolam tidak kotor, saya sudah membuktikan sendiri,” ujarnya.

Kembali ke budidaya maggot, ternyata sangat berpotensi untuk menambah pundi-pundi rupiah. Salah seorang yang cukup berhasil adalah Lazi, ia juga rutin mengangkut sampah organik dari pasar untuk kebutuhan maggotnya.

Lazi yang merupakan ASN di Pemkab Merangin ini memanfaatkan perkarangan rumahnya untuk budidaya maggot. Kurang lebih dua bulan ini ia punya rumah maggot tepat berada di belakang rumahnya di Kelurahan Pematang Kandis.

Lazi menceritakan dengan 60 biopon (Wadah ukuran 90 cm x 2 m untuk ternak maggot) ia mampu mengumpulkan pundi rupian perbulannya Rp 22.200.000.

“Alhamdulillah modal sudah balik, ini berkat sampah organik juga,” kata Lazi.

Sementara itu Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Merangin, Damai mengatakan budidaya maggot merupakan inovasi pakan alternatif dan gerakan pakan mandiri dalam upaya pemulihan ekonomi baru.

“Kita dari dinas melakukan pendampingan dengan PPL. Alhamdulillah budidaya maggot ini sangat membantu petani kita, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan mereka dan ini juga sangat mengurangi biaya yang dikeluarkan petani, khususnya biaya pakan,” sebut Damai.

“Ini (Budidaya maggot) akan terus kita kembangkan lagi kedepannya, kita berupaya tidak hanya memberikan bimbingan tapi juga kita akan berupaya memberikan bantuan modal untuk pembudidaya maggot kedepannya,” tambah Damai lagi.

“Didamping itu, budidaya maggot ini juga membantu mengurangi sampah organik dilingkungan kita. Apa lagi sampai saat ini anggota budidaya maggot itu sudah 65 orang dan punya 35 rumah maggot,” sebut Damai.

Sementara bagi yang ingin mempelajari budidaya maggot bisa datang langsung ke sekretariat Merangin Eco Green’t di jalan Taqwa, Kelurahan Pematang Kandis Bangko.(Pjcom)

Komentar